Tim Asia "Bakwan"
Tak ada satu pun tim yang berlaga di babak 16 besar merupakan sejarah pertama sejak 1998.
Seperti beberapa tim papan atas Eropa (Inggris, Italia, dan Spanyol), Piala Dunia 2014 juga telah ditinggalkan wakil-wakil Asia. Tidak satu pun tim dari "Benua Kuning" itu yang mampu lolos ke perempat final di Brasil.
Ini menjadi prestasi terburuk Asia sepanjang keikutsertaan di kejuaraan dunia empat tahunan itu. Sebab, ini kali pertamanya tidak ada wakil Asia yang lolos ke babak gugur sejak Piala Dunia 1998 Perancis.
Buruknya lagi, tidak ada tim Asia yang berhasil memenangkan pertandingan sampai laga berakhir yang mempertemukan Korea Selatan melawan Belgia pada 27 Juni 2014. Tak Pelak, empat wakil Asia harus menempati posisi terakhir di grup masing-masing.
Lalu, apa yang menjadi penyebab performa buruk Asia di Piala Dunia ini. Berikut Alasannya.
1. Kurangnya Sosok Pemimpin
 |
| Park Ji Sung |
Ketika pelatih Korea Selatan, Hong Myung Bo pergi ke Belanda membujuk Park Ji Sung untuk kembali memperkuat timnas setelah pensiun. Ini menjadi pertanda bahwa skuatnya tidak memiliki sosok kapten.
2. Kesalahan Pelatih
 |
| Keisuke Honda |
Pelatih Jepang, Alberto Zaccheroni memang mempersiapkan timnya dengan matang. Pasalnya, ia telah menangani "Samurai Biru" selama empat tahun. Tapi, secara penampilan Jepang tidak bisa berbuat banyak di Piala Dunia ini.
Jepang jauh dari permainan menyerang. Keisuke Honda dan kawan-kawan justru bermain pasif di semua laga yang dilakoni. Begitu juga dengan pelatih Iran, Carlos Queiroz, yang menyesal tidak menerapkan permainan yang lebih agresif dalam laga penentuan melawan tim debutan Bosnia-Herzegovina.
3.
Bintang Tidak Bersinar
 |
| Park Chu Young |
 |
| Lee Chung Yong |
 |
| Shinji Kagawa |
Faktor kegagalan lainnya adalah lantaran para pemain bintang masing-masing tim gagal menunjukkan performa terbaiknya selama Piala Dunia ini. Honda, Shinji Kagawa, Park Chu Young, dan Lee Chung Yong adalah beberapa pemain besar yang meredup di Piala Dunia ini.
4. Tidak Ada Keinginan Besar untuk Menang
Negara Asia sepertinya harus belajar dari negara kecil seperti Kosta Rika. Mereka memiliki keinginan besar untuk memenangkan pertandingan. Yang perlu dilakukan juga adalah bermain dengan permainan sendiri, fokus untuk menang dan sedikit "jahat" kalau perlu. Apa pun di lakukan untuk menang, jiwa ini yang tidak muncul.
5. Kiper Kurang Maksimal
.jpg) |
| Alireza Haghighi |
 |
| Jung Sung Ryong |
 |
| Eiji Kawashima |
Meski Asia berhasil mencetak kiper-kiper andal yang sukses memperkuat beberapa klub Eropa. Namun, hal ini tidak tergambar di Piala Dunia ini. Beberapa kiper Asia seperti Eiji Kawashima, Jung Sung Ryong, Alireza Haghighi justru tampil di bawah performa terbaik.
6. Kurang Beruntung
Football Like A Lottre , Kadang faktor ini bisa menjadi pembeda. Iran seharusnya diberi penalti saat melawan Argentina. Itu bisa mengakhiri paceklik kemenangan mereka. Korea Selatan sebenarnya bisa mengamankan tiga poin seandainya saja wasit meniup peluit, karena dari rekaman pertandingan ternyata gol peyeimbang kedudukan Rusia berbau offside.
7. Kurang Goalgetter
 |
| Tim Cahill |
 |
| Yoichiro Kakitani |
 |
| Yuya Osako |
Tidak mempunyai striker bertipikal pembunuh memang telah menjadi masalah wakil Asia yang mewarnai beberapa Piala Dunia sebelumnya. Tak satu pun pemain mulai dari Yuya Osako, Yoichiro Kakitani, Park Chu Young yang mampu mencetak gol di Piala Dunia kali ini. Ada pun Tim Cahill yang tampil baik justru menghabiskan kariernya di klub sebagai gelandang.
8. Pembinaan
Faktor pembinaan yang belum berjalan baik di kawasan Asia tak dipungkiri juga memengaruhi prestasi di Piala Dunia ini. Para pemain Asia belum mampu bersaing dengan tim dari Eropa, Afrika ataupun Amerika
9. Grup yang Sulit
Kasus ini menimpa Australia. "The Socceroos" harus bersaing keras di Grup B bersama Spanyol, Chile, dan Belanda. Meski berhasil tampil mengesankan kala melawan Chile dan Belanda, tapi itu hanya sia-sia.
10. Politik
Iran mungkin bisa lebih berprestasi jika pemerintah dan federasi sepak bolanya bisa saling mendukung. Dengan banyaknya dukungan dan dana maka semua itu sedikit memudahkan Iran untuk bersaing lebih konsisten.
Memang, berlaga di Piala Dunia tidak cukup dengan semangat saja. Perlu proses yang dijalani dalam setiap perkembangannya, ditambah evaluasi menjadikan hasil yang sangat memuaskan.
10 alasan ini bisa dijadikan bahan evaluasi setiap federasi sepak bola di masing-masing negara untuk bisa sukses pada turnamen kasta tertinggi sepak bola dunia. tak terkecuali Indonesia yang penuh dengan talenta sepak bola tersebar dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote.
Impian Indonesia untuk bertarung di Piala Dunia 208 mendatang sangatlah terbuka. Juara Dunia harga mati